أمر القيس
UMRU AL-QAIS
9-11-2010
A. Sejarah Singkat
Umru al-Qais adalah seorang penyair jahili yang hidup pada 150 tahun sebelum hijriah. Penyair ini berasal dari Yaman (Hadramaut), berasal dari suku Kindah yang pernah berkuasa di Yaman. Karena itu Dia lebih dikenal sebagai penyair Yaman namanya Jandah ibn Hujr al-Kindy. Kakeknya al-Harits adalah seorang raja yang memerintah wilayah al-Qusaim sampai Syam (Syiria). Ayahnya bernama Hujur Al-Kindy seorang Raja dari kabilah Bani Asad di Yaman , Ibunya Fatimah binti Rabia’ah. Ia dibesarkan di Nejed dengan kehidupan dunia yang melimpah dan dalam lingkungan keluarga yang suka berfoya-foya. Kerburukan sisi penyair ini adalah, dia suka berfoya-foya, mabuk-mabukan, bermain cinta, dan melalaikan kewajibannya sebagai putra mahkota yang seharusnya menjaga nama baik dan citra kerajaan. Hingga akhirnya Ia diusir oleh Ayahnya dari kerajaan.
Selama dalam pengembaraanya itu, Dia telusuri segala pelosok Jazirah Arabiah. Sampai akhirnya Dia mendapati komunitas Arab Badui. Dan orang-orang Badui sangat senang dengan Umru Al-Qais karena ia memiliki banyak harta dan pendukung untuk melawan musuh-musuh mereka. Pengalaman melalang buananya inilih yang kelak begitu berpengaruh kuat pada puisinya.
Sampai pada suatu ketika di wilayah Dammun, saat ketika Ia sedang asyiknya dengan kesenangan dunianya yakni berfoya-foya ria, Dia mendapati kabar bahwa Ayahnya telah terbunuh. Ayahnya terbunuh ditangan Kabilah Bani Asad yang sedang memberontak terhadap kediktatoran Ayahnya. Kematian ayahnya itu menuntut Umru Al-Qais untuk kembali ke Nejed agar dapat membalas kematian orang tuanya. Panggilan itu tidak disambut baik oleh Umrul Qais, bahkan dengan sambil bermalas-malasan ia berkata:
ضَيَّعَنِي أبِي صغِيرا، وحملْني دمه كبِيْرا. لَا صحْو اْليوم و لَا سكرَ غدا. اْليوم خمر و غدا أَمر
“Ketika kecil Aku disia-siakan Bapaku, namun ketika besar Aku harus menaggung balas dendam atas kematianmu. Tidak ada kesadaran hari ini dan tidak ada mabuk besok. Hari ini khamr besok adalah waktu balas dendam.”(al-muhdur, 1983:45)
Esok harinya Ia berangkat menuju ke Nejed untuk menuntut balas kematiaan orang tuanya. Untuk melaksankan niatnya itu Umrul Qais terpaksa meminta bantuaan ke kabilah-kabilah Arab yang masih famili, kabilah Taglib dan Baka. Sehingga pertempuran ini berkecamuk lama dan akhirnya pasukanya dapat membunuh sebagian besar pasukan Bani Asad. Ketika Umru Al-Qais menginginkan kemenangan lebih, para sekutunya mulai meniggalkannya. Bani Asad meminta bantuan Kaisar Anu Sirwan (Raja Persia), sehingga tentara Qais kacau balau. Qais kemudian meminta bantuan kesana kemari. Kepada Samuel ibn Adi pemimpin kabilah Yahudi, dan menitipkan harta dan pasukannya, kemudian mengembara ke Romawi. Ketika sampai di sana ia meminta bantuan kepada kaisar Romawi Timur (Bizantium) di Turki, Justinianus[1].
B. Polemik Kematian Umru Al-Qais
Dari berbagai referensi yang saya dapatkan, ada dua pendapat tentang prihal kematian Umru Al-Qais. Namun semoga kita dapat mendapat titik tengah dari polemik ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa Umru Al-Qais meniggal karena dibunuh oleh salah seorang dari Bani Asad ketika Umru Al-Qais hendak meminta bantuan kepada Kaisar Romawi Timur di Ankara Turki. Belum sempat Ia meminta bantuan, bala tentara Bani Asad berhasil membunuh Umru Al-Qais. Dan Ia di makamkan di Ankara Turki. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa Umru Al-Qais, terkena penyakit saat ingin meminta bantuan kepada kekaisaran romawi. Dan pendapat ketiga bahwa Ia meninggal karena diracun. Di kabarkan bahwa Umru Al-Qais mencintai seorang gadis, dan gadis itu adalah putri Kaisar Romawi yakni Unaizah. Kecintaannya itu membuatnya sering memuji-muji putri Unaizah dengan Puisi-puisiNya, sehingga Sang Kaisarpun cemburu dengan perlakuan Umru Al-Qais terhadap Putri-Nya. Akhirnya Kaisar munyusun rencana untuk membunuh Umru Al-Qais. Kemudian Sang Kaisar memberikan baju yang telah diracuni itu kepada Umru Al-Qais. Ketika Ia mengenakan pakaian itu Ia jatuh sakit dan tidak lama kemudian Ia meninggal di Ankara Turki tahun 545 M[2].
Lantas bagaimanakah titik tengah peihal kematian Umru Al-Qais?. Pendapat yang mendekati kebenaran adalah pendapat yang ketiga. Karena di kataakan bahwa puisi-puisinya bersifat Ghazal/Tasbib yakni tentang kecintaan atau pemujian kepada seorang wanita-lebih jelasnya tentang Al-Ghazal akan di bahas di sesi Karya Sastranya-. Dan wanita yang di gambarkan dalam puisi-puisinya ini adalah Unaizah putri Kaisar Romawi. Tidak mungkin di katakan bahwa pusi-puisinya bersifat Ghazal kalau dia sudah terlebih dahulu meninggal sebelum Ia bertemu dengan Putri Unaizah. Dari keGhazalan puisinya inilah orang-orang Arab menyebutnya sebagai Raja dari Rajanya para penyair.
Mengenal Karya Sastra Umru Al-Qais
Syair-syair Umru Al-Qais banyak menyandarkan pada kekuatan daya khayal. Sehingga sebagian besar para penyair arab menjulukinya Jululukannya Al-Malik Ad Dhalil (raja dari segala raja penyair) dan menggolangkannya dalam kelas tertinggi dari penyair jahilia lainnya. Pengalamnnya saat bahasa syairnya begitu tinggi dan isinya begitu padat. Umrul Qais dianggap orang pertama yang menciptakan cara menarik perhatian dengan jalan Istifokus Sohby yakni Cara mengajak orang untuk berhenti pada puing reruntuhan bekas rumah kekasihnya (tempat yang berhubungan dengan kisah cinta) sekedar mengenang masa indah yang telah berlalu akan cintanya.
Ada dua bentuk syair yang di buat oleh Umru Al-Qais. Bentuk syairnya yang pertama adalah mengandung sifat kebadwian dalam ungkapan kering dan kasar, dengan makna-makna yang seram. Tetapi imajinasinya sangat kuat sekali, kadang terlihat dalam membayangkan suatu yang keemasan yang menampilkanya indah sekali, maknanya memukau dan menusuk lerung hati yang paling dalam, tasbib/nasibnya (pelukisannya) lembut selembut kain sutra, wasfnya (pelukisan, narasi) akrab seakrab orang arab yang menjamu tamunya, mudah diserap dan dipahami karena penciptaanya seindah indahnya menggunakan imajinasi yang kuat. mungkin ada beberapa faktor mengapa tulisan syairnya bisa seperti itu, yakni karena keadaan geografis wilayah yang ganas, pergaulannya dengan suku badui yang cendrung kasar tapi mungkin positifnya ia bisa mempunyai daya imajinasi yang kuat dan mungkin karena bergaul dengan mereka yang notabene orang dan pikirannya bebas, terus yang terakhir keadaan psikologis dan sikis penyair ini pada masa usia masih beliau sudah mengalami guncangan yang cukup dahsyat, ia diusir dari surga dunianya yaitu istana ayahnya karena peringainya yang buruk. Bentuk syairnya yang ini ketika Ia hidup pada fase dimana Ia tinggal bersama orang-orang Badui.
![]() |
Ada satu contoh dari syairnya yang menunjukan kelihaian penyair ini dalam menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa dengan gayanya yang khas sehingga bayangan yang ada seperti benar-benar terjadi. Untuk itu penulis akan mengutip syairnya Umrul Qais yang mengisahkan kepada kita tentang sesuatu kesusahan atau kegelisahan yang dialaminya pada suatu malam hari sebagai berikut:
Artinya: “Malam bagaikan gelombang samudra menyelimutkan tirainya padaku, dengan kesedihan untuk membencanaiku, aku berkata padanya kala ia menggeliat merentang tulang punggungnya dan siap melompat menerkam mangsanya, wahai malam panjang kenapa engkau tidak segera beranjak pergi yang digantikan pagi yang tiada pagi seindah kamu, Oh… malam yang gemintangnya, bagaikan terjerat ikatan yang kuat.”
Sebenarnya penyair ini akan mengutarakan betapa malang nasibnya. Dimana keresahan hatinya akan bertambah susah bila malam hari tiba. Karena pada saat itu dia merasakan seolah-olah malam itu sangat panjang sekali. Sehingga ia mengharapkan waktu pagi hari segera tiba, agar keresahannya akan berkurang, namun keresahan itu tidak jua berkurang walaupun pagi hari telah tiba. Contoh diatas merupakan bukti nyata akan kepandaian penyair ini dalam menggambarkan sesuatu keadaan. Sehingga keadaan atau peristiwa itu seakan-akan benar tejadi adanya. Contoh diatas memberikan gambaran kepada kita, bagaimanakah penyair itu memberikan gambaran yang sangat besar akan keresahan yang melandanya dan dialaminya pada waktu itu, sehingga baik pada waktu malam hari maupun pagi hari keresahan itu tetap saja mengikutinya seperti seseorang yang selalu diikuti bayangannya ketika hendak menggerakan kakinya dalam sinaran bulan purnama di malam hari yang segelap lautan.
Contoh lain dari puisinya yang menunjukan kelihaianya penyair ini dalam menggambarkan suatu kejadian dengan gayanya yang khas sehingga bayangannya yang dad seperti benar-benar terjadi. Puisi ini mengisahkan kesusahnnya di malam hari:
“Di kala gulita malam seperti badai lautan tengah meliputiku denganb berbagaimacam keresahan untuk mngujiku(kesabaranku).
Di kala malam itu tengah memanjakan waktunya, maka aku katakan padanya.
Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangiku untuk berganti dengan pagi harinya? Ya, walaupun pagi hari itupun juga belum tentu akan sebaik kamu”. (al-Zauzinny, 22-23)
Bentuk syairnya yang kedua adalah bersifat Al Ghazal yaitu Suatu bentuk atau jenis syair yang didalamnya banyak menyebutkan wanita dan kecantikannya, syair ini juga menyebutkan tentang kekasih, memuji atau merayu sang kekasih, juga membahas tempat tinggalnya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kisah percintaan. Cara seperti ini sangat disenangi orang Arab (penyair Arab) dalam membuka setiap kasidahnya untuk perhatian orang. Dia juga menyifati seorang wanita itu dengan seekor kijang yakni leher mereka yang panjang dan bagi persepsi orang jahilia wanita yang panjang lehernya itu sebagi seorang wanita yang cantik rupawan.
Orang yang mempelajari puisi karya Umru Al-Qais dengan mendalam maka dia akan mengerti bahwa keindahan syairnya terletak pada caranya yang halus dalam syair ghazalnya. Ditambah dengan istirah/kata kiasan dan perumpamaan. Sehingga banyak orang beranggapan bahwa dialah yang menciptakan perumpamaan dalam syair Arab. Hanya saja kadang-kadang syairnya tidak luput dari perumpamaan yang cabul/porno terutama ketika membicarakan kaum wanita, tetapi perumpamaan ini tidak mengurangi nilai syairnya karena kadar kecabulannya tidak terlalu berlebihan. Disamping itu perumpamaan kecabulannya tersebut merupakan kebiasaan bagi setiap penyair Arab dalam mengekspresikan sesuatu secara singkat, jelas, dan padat.
Contoh-contoh puisi Ghazalnya:
“Suatu hari ketika Aku sedang masuk dalam Haudatnya[3] Unaizah, maka Unaizah berkata kepadaku: Celaka Kamu, Janganlah Kamu payahkan Untaku. Ketika punggung untanya agak condong kebawa(keberatan) maka Ia berkata kepadaku: Turunlah wahai Qais, jangan Kamu ganggu jalan Untaku ini.
Disaat itu Aku katakn kepadanya: teruskan perjalananmu dan lepaskan tali kekangnya, janganlah Engkau jauhkan Aku dari sisimu”.
Di tempat lain Dia pernah mensifatkan kecantikan Unaizah (kekasihnya) dalam bait puisinya seperti ini:
“Ketika kami berdua telah lewat dari perkampungan, dan sampai di tempat yang aman dari intaian orang kampung. Maka ku taring kepalanya hingga Ia (Unaizah) dapat melekatkan dirinya kepadaku seperti pohon yang lunak. Wanita itu langsing, perutnya ranping dan dadanya putih bagaikan kaca. Lehernya jenjang seperti lehernya kijang, jika di perpanjang tida cacat sedikitpun, karena lehernya di kelilingi kalung permata.
Rambutnya yang hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang kurma”.(al-Zauzinny,tt., 16-19, al-Mundir, 1983:48)
Pernah ada yang mengatakan bahwa diriwayatkan bahwa suatu ketika Ia sedang bermain di tepian sungai dan Ia melihat sekumpulan wanita sedang mandi. Sifatnya yang cabul/porno ini mendorong Ia untuk menjahili wanita-wanita itu. Kemudian Ia mengambil baju-baju wanita-wanita itu dan mengatakan kepada wanita-wanita itu jika mereka ingin mengambil bajunya silahkan menghampiriNya dengan telanjang bulat. Itulah sekilas tentang sifatnya yang cabul. Namun sekali lagi saya katakan bahwa itu tidak mengurangi nilai syairnya karena kadar kecabulannya tidak terlalu berlebihan. Disamping itu perumpamaan kecabulannya tersebut merupakan kebiasaan bagi setiap penyair Arab dalam mengekspresikan sesuatu secara singkat, jelas, dan padat.
Ke Ghazalanya dalam syair-syairnya itu pula bertambah saat ia mengetahui betapa cantiknya putri kaisar Romawi. Hingga hatinya jatuh pada wanita itu. Dan karena itulah Ia sering memuji, merayu dan megungkapkan kecintaanya pada putri Unaizah. Sampai akhirnya berujung pada kematiaanya.
Banyak pengalaman-pengalamanya yang begitu mempengaruhi karya sastranya. Pengalaman disini adalah pengalaman yang menyakitkan dan mengiris hatinya seperti kandas cintanya dengan sang kekasih Unaizah, keluarganya dibunuh dan kerajaan ayahnya runtuh oleh musuh, kalah dalam perang menuntut balas dendam kepada Bani Asad, dan karena penyakit yang ia derita dan akhirnya sampai sang maut menjemput di kota Angkara Turki Bizantium melalui baju beracun yang diberikan raja kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) kepadaya.
DAFTAR PUSTAKA
Wargadinata, H. Wildana.2008.Sastra Arab Lintas Budaya.malang: UIN malang Press.
(Ramli Harun, makalah berjudul “Sastra Arab dan Islam”)
www.himasaunpad.blogspot.com/2010/07/selamat-datang-di-blog-himpunan.html
[1] kesampaiyannya pada Kaisar Romawi menimbulkan polemik diantara para ilmuwan atau sejarawan. Sebagian ada yang mengatakan ia tidak samapai kepada kaisar Romawi karena Ia sudah terlanjur terbunuh karena pengejarannya. Namun ada pula yang mengatak bahwa Ia sempat meminta bantuan kepada kaisar Romawi, dan ia meninggal karena di racun.
[2] (Ramli Harun, makalah berjudul “Sastra Arab dan Islam”)
[3] Tempat duduk bertendaa diatas punggung unta khusus untuk wanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar